Desa Ngrancang

Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke-15 para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik.

Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa. Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.

Masyarakat Dusun Ngrambah, Desa Ngrancang, Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro pada Jumat (08/07/2022) siang hari setelah sholat jumat, berbondong-bondong menuju ke sendang Grogol yang terletak di Dusun Ngrambah untuk mengikuti acara Nyadran.

Nyadran dilaksanakan untuk menunjukkan rasa syukur karena sendang Grogol pada saat kemarau tidak mengering, sehingga dapat digunakan untuk pengairan sawah warga yang terletak di sekitar sendang Grogol.

Terlihat puluhan masyarakat yang berdomisili di sekitar sendang Grogol sangat antusias untuk mengikuti acara Nyadran tersebut. Laki-laki, Wanita, tua, muda, semua bergabung menjadi satu untu mengikuti serangkaian acara Nyadran di Sendang Grogol.

Nyadran di Dusun Ngrambah ini terlaksana pada saat setelah panen raya para petani padi yang bertempat tinggal maupun memiliki sawah yang terletak sekitar sendang Grogol.

Sebagai kearifan lokal asli dari Desa Ngrancang, tradisi ini harus terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Ngrancang agar supaya seluruh kearifan lokal yang berada di Desa Ngrancang tidak punah terkikis oleh zaman salah satunya adalah dengan tetap mengadakan tradisi Nyadran setiap setelah panen raya masyarakat di sekitar Desa Ngrancang.